Keraton Yogyakarta merupakan ikon Yogyakarta serta menjadi destinasi wisata sejarah dan budaya. Tidak heran jika ada banyak wisawatan datang berkunjung setiap harinya, baik lokal maupun turis asing.
Tidak hanya memiliki daya tarik yang memikat, kompleks bangunannya juga berada di tengah kota sehingga sangat mudah dijangkau. Uniknya, tidak hanya sekedar destinasi wisata saja tapi keraton juga berfungsi menjalankan tradisi kasultanan sampai saat ini.
Dengan banyaknya wisatawan yang datang berkunjung, kamu pasti penasatan dengan apa saja yg ada di Keraton Yogyakarta? Ada cukup banyak benda bersejarah milik kasultanan yang tersimpan di dalam museumnya.
Bukan hanya itu saja, ada berbagai pagelatan seni di kompleks bangunannya pada waktu-waktu tertentu. Beberapa pertunjungan yang cukup sering dipentaskan seperti wayang golek, wayang wong, macapat, gamelan, hingga tari-tarian tradisional.
Sejarah dan Daya Tarik
Keraton Ngayogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata di Yogyakarta yang memiliki sejarah sangat panjang dari awal berdiri hingga saat ini. Berikut adalah beberapa keunikan dari bangunan bersejarah ini, juga budaya da tradisi di dalamnya.
1. Sejarah Keraton Yogyakarta
Sejarah Keraton Yogyakarta tidak terlepas dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755. Perjanjian Giyanti ini sendiri merupakan kesepakatan antara Kerajaan Mataram, VOC, serta kelompok Pangeran Mangkubumi.
Kesepakatan pada Perjanjian Giyanti tersebut membuat Kerajaan Mataram terpecah dua menjadi Surakarta dan Ngayogyakarta. Perjanjian Giyanti juga sekaligus menandai berakhirnya Kerajaan Mataram secara de facto maupun de jure.
Keraton Yogyakarta mulai dibangun tidak lama setelah terjadinya peristiwa Perjanjian Giyanti tersebut. Lokasinya sendiri merupakan bekas pesanggrahan Garjitawati, yaitu tempat istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram yang akan disemayamkan di Imogiri.
Sebelum jadi Pesanggrahan Giyanti, kawasan tersebut terkenal dengan sebutan Umbul Pachetokan, merupakan sumber mata air dalam hutan beringin. Tempat ini dijadikan keraton sebab diapit dua sungai sehingga dapat terlindung dari kemungkinan terjadi banjir.
Perancang bangunan keratonnya adalah Sri Sultan Hamengkubuwono I sendiri, sebab beliau memang memiliki keahlian dalam bidang arsitektur. Kemampuan beliau ini bahkan sudah diakui oleh ilmuwan Belanda, yaitu Theodoor Gautier Thomas Pigeaud dan Lucien Adam.
Keratonnya berada di atas lahan seluas 14.000 meter persegi dengan tambahan bangunan yang dilakukan penerus Sultan Hamengkubuwono I. Bangunan ikonik Yogyakarta ini juga pernah mengalami pemugaran setelah gempa hebat tahun 1867.
2. Arsitektur dan Desain Unik
Bangunan bersejarah yang menjadi ikon Yogyakarta ini memang memiliki arsitektur dan desain unik. Gaya arsitektur yang diambil lebih ke Jawa tradisional, namun pada bagian tertentu terdapat sentuhan budaya Portugis, Belanda, bankan juga Tiongkok.
Secara umum, kompleks utama keraton terdiri dari halaman, bangunan utama dan pendamping, juga kawasan yang ditanami pohon tertentu. Setiap kompleks terpisah oleh tembok tinggi dan terhubung menggunakan regol bergaya Semar Tinandu.
Regol yang ada di keraton Yogyakarta memiliki daun pintu dari kayu jati tebal. Di belakang atau depat setiap gerbang terdapat penyekat disebut renteng atau baturono, beberapa regol memiliki penyekat dengan ornamen khas.
Setiap bangunannya memiliki kelas tergantung dengan fungsi serta kedekatan jabatan penggunanya. Misalnya saja, kelas utama digunakan oleh Sultan, memiliki detail ornamen lebih rumit dan indah jika dibandingkan kelas-kelas di bawahnya.
3. Kehidupan Budaya dan Tradisi
Keraton merupakan pusat kebudayaan di Yogyakarta, tidak heran jika ada banyak tradisi yang sampai saat ini masih dilakukan. Salah satunya adalah Upacara Sekaten yang dilakukan selama 7 hari untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya ada upacara siraman pusaka dan labuhan yang dilakukan pada bulan Suro, yaitu bulan pertama kalender Jawa. Upacara ini dilakukan untuk membersihkan serta merawat pusaka kerajaan.
Sedangkan labuhan untuk upacara sedekah di Pantai Parang Kusumo dan lereng Gunung Merapi. Pada upacara kesultanan Yogyakarta ini, benda milik Sultan akan dihanyutkan msayarakat akan memperebutkannya.
Upacara Gerebek biasa diadakan sebanyak tiga kali dalam setahun kalender Jawa, yaitu ketika sultan bersedekah kepada rakyatnya. Hal ini juga menjadi wujud kemakmuran dari Kasultanan Ngayogyakarta.
Upacara Tumplak Wajik merupakan acara adat Yogyakarta yaitu membuat wajik yang merupakan makanan khas tradisional. Upacara ini dilakukan untuk mengawali pembuatan pareden, dua hari sebelum Garebeg, juga dihadiri oleh pembesar keraton.
4. Museum dan Galeri
Sebagai destinasi wisata budaya dan sejarah, terdapat beberapa museum yang ada di kompleks keraton. Beberapa di antaranya adalah museum lukisan, museum Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Museum Batik, juga Museum Kereta.
Bukan hanya itu saja, keraton di Yogyakarta ini juga menyimpan berbagai benda budaya sekaligus replikanya. Misalnya saja, di kompleks Pagelaran terdapat peragaan pakaian prajurir dan pakaian adat keluarga keraton.
Museum sendiri biasa dibuka untuk umum pada hari Selasa sampai Minggu, kecuali jika sedang ada upacara tertentu. Kamu bisa datang mulai dari jam 08.30 sampai 14.00 WIB, kecuali pada hari Jumat yang hanya buka sampai pukul 13.00 WIB.
Apa Saja yang ada di Keraton Yogyakarta?
Jika belum pernah berkunjung, kamu pasti penasaran dengan apa saja yg ada di Keraton Yogyakarta? Keraton sendiri terdiri dari tifa bagian, yaitu kompleks depan, inti keraton, juga kompleks bagian belakang.
Pada kompleks depan terdiri dari Gladhjak-Pangurakan yang merupakan gerbang utama, Masjid Gedhe, juga alun-alun ler. Sementara kompleks inti terdiri dari tujuh rangkaian pelataran mulai dari alun-alun utara hingga selatan.
Kawasan kompleks belakang keraton terdiri dari alun-alun kidul dan plengkung nirbaya yang juga banyak dikunjungi wisatawan. Plengkung nirbaya merupakan gerbang keluar bagi jenazah Sultan dan keluarga yang akan dimakamkan.
Selain ndalem keraton, kawasan lainnya juga menjadi bangunan bersejarah dengan keunikan tersendiri. Beberapa di antaranya seperti Tamansari, Museum Sonobudoyo, juga benteng dan kelengkapannya yang juga menarik dikunjungi saat berkunjung ke Yogyakarta.
Kamu Juga Bisa Ikutan Workshop Seputar Bisnis di Yogyakarta
Tidak hanya mempelajari sejarah dan kebudayaan saja, kamu juga bisa belajar bisnis dengan ikut worshop TES Society di Yogyakarta. Dengan mengikuti workshop, maka bisa menambah pengetahuan dan informasi terbaru dalam berbisnis.
TES Society mengundang mentor yang telah berpengalaman dalam bisnis sehingga kamu memiliki kesempatan mengembangkan usaha lebih luas. Hal ini karena pengetahuan baru dari mentor berpengalaman juga bisa menjadi inspirasi untuk inovasi bisnismu.
Bukan hanya itu saja, mengikuti workshop TES Society di Yogyakarta juga memungkinkan kamu bertemu dengan pengusaha muda lainnya. Jadi kamu bisa berdiskusi, bertukar pikiran, bahkan melakukan kolaborasi bisnis.
Memperluas jaringan juga sangat perlu jika ingin usaha terus berjalan dan berkembang. Sebab, jaringan luas akan memberikan kamu peluang lebih besar memasarkan produk sehingga akan memberi keuntungan pada bisnis yang dijalankan.
Yuk ikuti workshop TES Society di Yogyakarta! Dapatkan banyak ilmu seputar bisnis di sana. Caranya sangat gampang, cukup hubungi kontak WA 08119700284 / 0813-8963-0543 dan dapatkan informasi lengkapnya tentang komunitas TES Society.
Keraton Ngayogyakarta menjadi salah satu ikon budaya dan sejarah yang sampai saat ini masih difungsikan. Oleh sebab itulah, berlibur ke Yogyakarta akan terasa kurang jika belum berkunjung di salah satu destinasi wisata ini.
Baca juga : Mari Mengeksplorasi Kekayaan Budaya di Yogyakarta
TENTANG FOUNDER
Klemens Rahardja is an avid start-up investor and an advocate of entrepreneurship. He has helped more than hundreds of new businesses to start and flourish, locally and internationally in their seed and startup stage as a direct investor and/or mentor and advisor. These include profit and not-for-profit organizations, privately owned businesses, and government bodies, be it from his expertise in building extensive networks, business development, or direct angel investing and venture capital.